Apa Itu Model Manajemen Kinerja?
Proses manajemen kinerja dimaksudkan untuk menciptakan dialog yang berkelanjutan antara atasan dan karyawan, khususnya dalam bagian staf logistik.
Tujuannya untuk memfasilitasi proses manajemen performa, melatih agar rencana berhasil diselesaikan, dan menyelesaikan evaluasi performa tahunan.
Dengan adanya model ini, maka perusahaan akan dapat mengevaluasi hasil pekerjaan para pekerja, mengetahui permasalahan yang dihadapi baik oleh tim di lapangan maupun tim di manajemen.
Kemudian, keduanya dapat saling berkolaborasi untuk memastikan kenyamanan dan kepuasan pelanggan dalam menerima barang yang dibutuhkan.Â
Pada dasarnya, model manajemen ini terdiri dari tahap PCER (Plan, Coach, Evaluate, and Reward). Namun, dalam dunia logistik, ada namanya LPM Framework yang digunakan untuk mengelola performa staf-stafnya.
Apa Itu LPM Framework?
Logistics Performance Management (LPM) merupakan salah satu model yang digunakan untuk mengelola performa karyawan yang bergerak di bidang logistik.
Tujuannya untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan efektivitas operasional dengan mengukur metrik yang tepat pada waktu yang tepat.
Untuk mengintegrasikan LPM, sangat penting untuk memiliki keselarasan organisasi dengan kuat pernyataan misi yang dikomunikasikan dan pemahaman tentang bagaimana kontribusi individu dapat memenuhi tujuan perusahaan.
Dalam menggunakan LPM sebagai manajemen performa perusahaan, ada hal-hal yang patut diperhatikan. Di antaranya:
1. Memilih Matrik yang Tepat
Dalam hal ini, Anda harus hati-hati dalam mengambil atau memilih metrik dan KPI sebagai indikator untuk menilai performa bagi para pekerja, ada baiknya jika metrik tersebut tetap mencerminkan sesuatu yang mampu menjadi pendorong utama nilai bisnis perusahaan.
Hal tersebut akan mampu membantu menggerakkan perusahaan ke arah yang benar untuk mencapai tujuan keuangan dan organisasi yang dinyatakan.Â
2. Merancang Kerangka Indikator yang Lebih Mendetail
Indikator individu dapat bekerja di berbagai tujuan dan mengarah pada hasil yang kurang optimal untuk organisasi, sambil mencoba mengoptimalkan efisiensi individu.
Untuk mencegahnya, indikator atau harus diikat bersama-sama dalam kerangka kerja yang melampaui unit bisnis individu.
Ini membantu memastikan bahwa setiap orang di setiap level bergerak bersama di kanan arah untuk memberikan nilai maksimum ke perusahaan secara keseluruhan.Â
3. Merancang Solusi yang Tepat dan Kuat
Pencatatan manual dalam proses evaluasi performa karyawan sering kali mengalami masalah.
Maka, Anda dapat merancang solusi dengan membuat sebuah desain dasbor yang dapat digunakan oleh seluruh tim manajemen dalam memantau performa para karyawan.Â
Kunci dari ini adalah desain dan tata letak harus melibatkan pengguna sehingga akan menghasilkan indikator yang tepat dan sesuai kebutuhan.
Bahkan, jika memang diperlukan, libatkan karyawan yang berada di lapangan untuk ikut berkontribusi dalam merancang solusi tersebut.
Semakin banyak pandangan dan masukan solusi, akan lebih mudah menemukan mana yang tepat dan terbaik.Â
Model dalam Manajemen Kinerja untuk Staff Logistik
Selain LPM, ada juga model lain yang dapat digunakan untuk menunjang perusahaan dalam menilai dan mengelola performa karyawan. Di antaranya:
1. Model Deming
Deming merupakan dasar model dalam manajemen kinerja karyawan yang paling banyak digunakan di perusahaan-perusahaan.
Model ini diawali dengan menyusun rancangan rencana apa saja yang akan dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi performa pekerja, melaksanakan rancangan tersebut, memantau dan mengawasi hasil yang diperoleh setelah masa evaluasi berlalu, kemudian melakukan review.Â
2. Model Torrington dan Hall
Torrington dan Hall menitikkan pada harapan apa saja yang akan diterima perusahaan terhadap hasil performa karyawan.
Dari titik itulah, kemudian tim Sumber Daya Manusia atau SDM atau HR mulai menentukan dukungan atau langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan performa agar target terpenuhi, tujuan perusahaan tercapai.Â
3. Model Costello
Costello hampir serupa dengan Deming yang memulai dengan perencanaan performa serta pengembangan ke depan yang akan dilakukan.
Kemudian coaching dan review akan terus dilakukan secara berkala untuk meningkatkan performa kerja karyawan.
Dari kedua tindakan tersebut, akan diperoleh hasil akhir setiap tahunnya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kenaikan gaji, promosi, bonus, hingga keputusan mempertahankan atau merumahkan.Â
Keempat model manajemen kinerja mulai dari Logistics Performance Management hingga Costello dapat Anda gunakan untuk mengevaluasi pekerjaan tenaga logistik dalam perusahaan.
Tujuannya, target tercapai dan kepuasan pelanggan tetap menjadi nomor satu.
Untuk Anda yang ingin tenaga ahli nan profesional di bidang logistik dan paham mengenai tugas serta tanggung jawabnya dengan baik, dapat menemukannya melalui Sampingan.
Sebuah platform yang dapat menyediakan berbagai macam tenaga ahli profesional untuk segala jenis bidang usaha Anda.Â