Search

Perbedaan Blue Collar & White Collar Worker serta Strategi Efektif Merekrutnya

Share

apa-itu-blue-collar-worker

Dalam dunia ketenagakerjaan, istilah blue collar dan white collar sudah tidak asing lagi digunakan untuk mengkategorikan jenis pekerjaan berdasarkan aktivitas kerja, tingkat pendidikan, hingga lingkungan kerja. Meskipun tampak sederhana, memahami perbedaan mendasar antara kedua kategori ini sangat penting khususnya bagi perusahaan yang sedang menyusun strategi rekrutmen dan manajemen sumber daya manusia.

Dengan pemahaman yang tepat, perusahaan dapat menyusun pendekatan yang lebih efektif untuk menjaring talenta yang sesuai, meningkatkan retensi, serta menciptakan sistem kerja yang berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Memahami Istilah Blue Collar & White Collar Worker

Blue collar adalah pekerja yang melakukan tugas fisik, teknis, atau manual. Mereka umumnya terlibat langsung dalam proses produksi, perawatan, distribusi, dan logistik. Pekerjaan blue collar banyak dijumpai di sektor manufaktur, konstruksi, pertambangan, perkapalan, dan pergudangan.

Contoh profesi blue collar:

  • Operator mesin produksi

  • Teknisi listrik atau mekanik

  • Petugas gudang

  • Sopir dan kurir

  • Tukang bangunan

Sedangkan white collar worker merujuk pada pekerja kantoran yang lebih banyak menggunakan keterampilan analitis, administratif, atau profesional. Mereka umumnya bekerja di ruang tertutup seperti kantor atau bahkan secara remote.

Contoh profesi white collar:

  • Akuntan dan staf keuangan

  • Spesialis HR

  • Analis data

  • Manajer proyek

  • Desainer grafis

Perbedaan Utama Blue Collar dan White Collar Workers

perbedaan-blue-collar-dan-white-collar-worker
Sumber: potret pekerja (Unsplash.com/Etienne Girardet)

Setelah memahami secara garis besar istilah blue collar worker dan white collar worker, Anda juga perlu mengetahui apa saja perbedaan dari kedua istilah tersebut.

1. Lingkup kerja dan lokasi

Blue collar worker biasanya bekerja di lapangan atau pabrik, sementara white collar worker bekerja di kantor atau melalui sistem kerja jarak jauh (hybrid).

2. Keterampilan dan pendidikan

Pekerja blue collar umumnya memiliki pendidikan vokasi atau pelatihan teknis. Sebaliknya, white collar worker biasanya memiliki gelar diploma atau sarjana dan keterampilan konseptual.

3. Sistem penggajian

Blue collar worker sering menerima upah harian atau berdasarkan hasil kerja. White collar worker menerima gaji bulanan dengan komponen benefit tambahan.

4. Risiko dan tekanan kerja

Pekerja blue collar menghadapi risiko fisik yang tinggi, sedangkan pekerja white collar lebih rentan terhadap tekanan mental dan kelelahan emosional.

Tantangan dan Strategi Rekrutmen Blue & White Collar Workers

Merekrut pekerja blue collar dan white collar memiliki tantangan berbeda yang memengaruhi efektivitas strategi rekrutmen. Untuk pekerja blue collar, tantangannya meliputi:

  • Tingginya angka turnover,
  • Kesenjangan keterampilan teknis,
  • Terbatasnya akses ke informasi lowongan digital,
  • Kurangnya pelatihan berkelanjutan.

Untuk menjawab tantangan di atas, pendekatan yang bisa diterapkan antara lain menjalin kemitraan dengan institusi vokasi, menggunakan platform rekrutmen yang mobile-friendly, serta menyediakan pelatihan pra-kerja guna meningkatkan kesiapan tenaga kerja lapangan.

Sementara itu, tantangan dalam merekrut white collar worker lebih banyak berkutat pada ekspektasi kandidat terhadap benefit kerja, jenjang karier, serta fleksibilitas jam kerja. Di tengah persaingan tinggi, perusahaan perlu memperkuat citra sebagai tempat kerja yang ideal, mempercepat proses seleksi dengan dukungan teknologi digital, dan menghadirkan program pengembangan profesional yang berkelanjutan. Dengan strategi yang disesuaikan untuk masing-masing kelompok tenaga kerja, proses rekrutmen dapat berjalan lebih efisien dan tepat sasaran.

Peran Staffinc dalam Solusi Ketenagakerjaan untuk Perusahaan

Sebagai platform tenaga kerja berbasis teknologi, Staffinc mendukung perusahaan dari berbagai skala—dari UMKM hingga korporasi besar—dalam merekrut dan mengelola tenaga kerja, baik blue collar maupun white collar.

Staffinc menyediakan akses ke kandidat yang relevan, sistem HRIS terintegrasi untuk manajemen SDM, serta fasilitas onboarding dan pelatihan. Dengan jaringan luas di berbagai wilayah Indonesia dan pendekatan digital yang efisien, Staffinc menjadi mitra strategis dalam memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan modern.

Memahami perbedaan dan kebutuhan spesifik antara blue collar dan white collar worker adalah langkah awal untuk menciptakan strategi rekrutmen yang tepat. Dengan pendekatan yang disesuaikan dan didukung oleh teknologi seperti yang ditawarkan oleh Staffinc, perusahaan dapat mengoptimalkan proses rekrutmen, meningkatkan retensi, dan membangun tim kerja yang unggul dan berkelanjutan.

Saatnya berinvestasi pada proses rekrutmen yang lebih cerdas dan terukur bersama Staffinc. Konsultasikan kebutuhan Anda dengan tim Staffinc.

Baca juga: Sistem Kerja Perusahaan Outsourcing, Pahami Agar Tak Salah Pilih!

Tags:

Share

You may also like

Dalam dunia ketenagakerjaan, istilah blue collar dan white

Dalam era kerja modern yang menuntut fleksibilitas tinggi,

Dalam dunia kuliner yang dinamis dan penuh tekanan,

Solusi
Industri
Labor Supply
White Collar
BPO
Platform
Procurement & Rental